Senin, 18 Februari 2013

Cinta Terpendam

Add caption

Bianca  berlutut dan diam-diam memperbaiki gaun pesta yang dikenakan sahabat baiknya, Amira. Acara pertunangan Amira Wardhana dengan Dimas Saputra  hampir selesai dan hampir seluruh  undangan datang. Pestanya begitu meriah dan berjalan lancar.

 Bianca kembali memandang ke arah yang sama saat pandangannya terjerat oleh sepasang mata yang gelap di barisan depan tamu undangan. Bianca merasakan aliran darahnya mengalir dengan cepat ke kepalanya dan bibirnya secara tidak sabar terbuka saat satu alias gelap terangkat dan tidak melepaskan pandangan darinya. Jantungnya berdegup cepat.

Nafas Bianca gelisah, perutnya terasa diremas, Bianca memalingkan pandangannya dan memandang ke arah lain, mencari pengalihan perhatian.

Bianca sudah tahu bahwa Raditya Wardhana  akan berada di sini hari ini. Dia adalah kakak Amira satu-satunya dan tidak mungkin dia akan melewatkan pertunangan  adik perempuannya.

Walau Radit terlambat  menghadiri acara tukar cincin.

Tapi tentu saja semua orang akan bisa mengerti. Sebagai  seorang dokter  Radit jarang sekali dirumah, dia lebih sering di rumah sakit tempatnya bekerja dan kadang mendapat panggilan darurat ketika pasiennya membutuhkan pertolongannya bahkan saat malam sudah larut. Keluaganya sudah terbiasa dengan itu. Tapi entah kenapa Bianca justru mencemaskannya keselamatannya terutama ket.
Ika harus berkndara dimalam hari.

Meskipun Radit bukan siapa-siapa yang harus diperdulikan oleh Bianca.

Dia hanya kakak dari sahabatnya.

Dan pria milik wanita lain.

Tidak ada arti baginya, sungguh.

Kecuali bahwa Bianca jatuh cinta padanya. Untuk waktu yang sudah sangat, sangat lama.

Kapan perasaannya berubah dari hanya naksir menjadi cinta yang dalam? Saat Bianca berumur dua belas tahun dia sudah merasa naksir padanya. Saat Bianca terluka di umur lima belas tahun dan Radit menggendongnya dan memegang tangannya sementara  dia harus menerima sepuluh jahitan, Bianca berpikir dia mencintai Radit. Bisakah kau mencintai seseorang saat kau berumur lima belas tahun? Ataukah saat Radit datang di ulangtahun ke tujuhbelasnya? Hati Bianca hampir mabuk kepayang pada saat itu. Atau mungkin itu sudah terjadi saat malam pesta pernikahan Widya ? saat Radit memperlakukannya seperti putri dalam cerita dongeng dan menunjukkan padanya bagaimana seorang gentlemen seharusnya bersikap.

Apa yang sebenarnya menjadi masalah jika perasaan Bianca sudah mengambil kendali? Yang sebenarnya adalah, Radit adalah hanya kakak dari sahabatnya, Radit sudah berada dalam sebuah hubungan untuk beberapa tahun dan Bianca sudah jarang melihatnya, atau malah tidak pernah.

Bianca berusaha untuk tidak membandingkan setiap pria yang pernahberpacaran dengannya dengan Radit Wardhana. Memang benar bahwa tidak ada seorangpun yang sebanding dengan Radit dalam tinggi badan, penampilan atau sopan santunnya.  Jadi kenapa harus repot membandingkan?

Bianca dengan tulus berharap wanita yang memiliki Radit akan menghargai apa yang telah dia miliki. Amira pernah mengatakan pada Bianca bahwa Radit tampaknya tidak bahagia, Amira mengatakan Radit dan pacarnya sering bertengkar. Hal itu membuat Bianca merasakan sakit bahwa Radit mungkin tidak bahagia.

Sebanyak Bianca menginginkan Radit, di dalam hatinya, Bianca sangat menginginkan Radit untuk bahagia.

***

Radit memandang garis punggung Bianca yang langsing dan merasakan tangannya menjadi erat membentuk kepalan.

Sial, dia sangat cantik.

Radit menyaksikan Bianca tumbuh dari gadis 12 tahun yang kurus tomboy menjadi tinggi langsing dan sepenuhnya feminin. Bianca seumuran dengan Amira, duapuluh dua  tahun.  Dengan umurnya yang sekarang dua puluh lima tahun perbedaan umur di antara mereka bisa ditiadakan. Tapi saat mereka remaja, perbedaan umur tiga tahun di antara mereka selalu berdiri di antara mereka. Selama bertahun-tahun, Bianca ia anggap terlalu muda untuknya bahkan untuk menyadari Bianca adalah seorang gadis. Tapi suatu waktu saat ulang tahun Bianca yang ke lima belas tahun, Radit baru menyadari dan tahun-tahun berlalu, keingininan Radit terhadap Bianca menjadi makin intens.

Tahun-tahun, jarak dan hubungan lain selalu menjauhkan Bianca dari dirinya. Tapi sekarang Radit sedang tidak berada dalam suatu hubungan dan dia tahu dari Amira bahwa Bianca juga tidak sedang berada dalam suatu hubungan juga.

Inilah saatnya.

Radit akan mencobanya. Mencoba untuk mendapatkan Bianca. Radit ingin tahu bagaimana hasilnya. Bianca jelas sudah cukup dewasa sekarang untuk mengatasi apa yang bisa Radit lakukan padanya.

Pandangan Radit menyapu dari Bianca lalu memandang adik sepupunya yang berdiri di samping Bianca, mereka tampaknya sedang berbincang-bincang, sesekali keduanya tersenyum, bahkan tertawa. Leo hanya sesekali ikut tersenyum simpul sambil mendengarkan mereka. Widya sudah menikah dengan mantan teman sekampusnya, Leo. Pikiran Radit masih mengalami masalah untuk mengumpulkan semua fakta bahwa Widya terlihat dan makin terlihat cantik. Gaunnya jatuh dalam lipatan lembut yang makin menunjukkan perutnya yang sudah mulai membuncit. Widya terlihat bahagia dengan kehamilan pertamanya.

Radit tidak bisa menyalahkan Leo seutuhnya. Saat dia memandang Widya, Radit menyadari tepatnya betapa sudah dewasa dan cantiknya sepupunya itu.  Seorang pria akan sangat bodoh jika tidak segera mengunci Widya agar tetap berada di sisinya. Dan dari apa yang Radit tahu dari Leo, pria ini jauh dari bodoh.

Pandangan Radit kembali kepada Bianca.

Radit juga bukan seorang pria bodoh.

***

Bianca mencicipi hidangan yang disajikan , Widya dan Leo berdiri di sampingnya.

Dari sudut matanya, Bianca memandang Radit berjalan mengelilingi ruangan dan menyapa teman-teman mereka dan kerabat yang tidak sempat dia temui saat dia melewatkan  tukar cincin. Wanita yang lebih tua, ibunya, bibi-bibi, dan neneknya, senang melihatnya. Seperti  biasa, dia seorang gentleman sempurna saat dia mencium pipi dan tersenyum dengan senyuman mematikannya.

Tubuh bagian dalam Bianca mengepal.

Bianca sangat ingin menjadi penerima senyuman itu.

Bianca tak dapat menahan diri dan bertanya kepada Widya, “Dimana pacarnya Radit?”

“pacar apa?” Widya terdengar bingung.

“Aku tidak ingat namanya. Sita, Sinta, sesuatu yang terdengar seperti itu?”  Suaranya terdengar acuh tak acuh itu. Padahal ia tahu dengan pasti siapa nama wanita itu.

“Maksudmu Sintya? mereka putus sudah lama.”

Gelombang kelegaan melanda Bianca. “benarkah? Sudah berapa lama?”

“Sekitar setahun, kupikir.”

“Sayang sekali.” Bianca berusaha untuk memasukkan nada kesedihan dalam suaranya, tapi Bianca tahu dia gagal dalam usahanya.

Widya tertawa. “Benar. Dia seorang yang menyebalkan. Radit cukup beruntung bisa lepas dari wanita itu.”

“Selalu sedih saat-” Bianca berhenti bicara saat Widya mengangkat tangannya dan menggerakkan tangannya. “Apa yang kau lakukan?”

“Memanggil dia untuk datang ke sini,” Widya menjawab Bianca dengan cepat.

“Kenapa?” Bianca tahu suaranya terdengar waspada dan gelisah.

“Diam Bianca, dan lakukan saja.” Widya seorang mak comblang yang tidak biasa, dan Bianca tahu Widya mempunyai peran atas pernikahan hari ini. Widya adalah orang yang berjasa menjadikan Putra  dan Amira kembali bersama setelah kejadian putus yang mengerikan.

“Widya-” Bianca menerima saran Widya dan diam saat Bianca merasakan Radit berjalan di belakangnya.

Widya melepaskan senyuman bahagia dan berjalan ke dalam lengan Radit untuk menyapanya.

“Hey Radit,” Widya menyapa.

“Hey Sepupu kecilku,” Radit menjawab dengan mesra.

Radit melepaskan Widya dengan satu tangan dan meraih dan menjabat tangan Leo. “Hey Man. Selamat, dude.” Walau Radit dan Leo tidak saling mengenal dengan baik tapi mereka telah bertemu beberapa kali dalam acara keluarga.

“Terima kasih, man.” Leo menjawab.

“Bayinya laki-laki.” Widya berkata sambil melemparkan pandangan 'kubilang juga apa' pada Radit.

“Luar biasa. Jenis bayi terbaik untuk dimiliki.” Radit menggoda.

Widya memukul Radit dengan gaya bercanda. “Sebagai seorang pria, kau akan berpikir begitu.”

Radit membiarkan Widya kembali ke pelukan Leo saat mata Radit memandang Bianca. “Aku seorang pria.” Dia berkata, menjawab Widya dengan mata yang memandang Bianca.

Saat Widya tertawa dengan respon itu, Radit menyapukan pandangannya kepada Bianca. “ Hey, cewek cantik.”

Getaran gairah melanda Bianca dengan kata-kata lembut Radit itu. “Hai.”

“Apa kabarmu?” mengenal Bianca sejak dia berusia duabelas  tahun, efek yang Radit rasakan terhadap Bianca menembus jauh ke dalam dirinya. Lebih dalam dari yang Radit pikirkan pada saat ini.

Bianca baru akan menjawab Radit saat pintu terbuka dan semua orang mulai bertepuk tangan saat Amira dan Putra  berjalan masuk dengan berpegangan tangan ke dalam ruangan.

Hampir dengan segera Widya menarik Leo untuk menyapa pasangan yang baru saja bertunangan itu.

Bianca ditinggal berdiri sendiri dengan Radit.

Kesunyian melanda mereka sampai Radit mengangkat dagu Bianca dengan telapak tangan kasarnya dan mengulangi, “kau baik-baik saja, nak?”

“Aku bukan anak-anak lagi,” Bianca menantang Radit dengan lembut.  Dia tidak suka dianggap anak kecil oleh Radit.

Tangan Radit menjadi erat di atas kulit lembut Bianca saat Radit menyapu tubuh Bianca ke atas dan ke bawah. “Itu sudah pasti.”

“Aku baik-baik saja.”

Radit tidak ingin menyudahi. “Ya?”

“Ya. Bagaimana denganmu? “ Kata-kata Bianca lembut.

“Aku baik.”

“Itu bagus.”

Udara menjadi berat saat mereka mempelajari diri mereka masing-masing.

Tangan Radit menyapu kulit lengan Bianca dan Bianca merasakan pikirannya terbang dari kepalanya. Radit melangkah lebih dekat dan Bianca hampir tersedak dengan pandangan di mata Radit. Bianca merasakan kebutuhan untuk mengatakan sesuatu agar ketegangan ini berakhir. “Adik perempuanmu bertunangan.” Astaga Bianca, itu kan sudah  jelas.

“ya. Dia bertunangan.”

Suara batuk lembut yang feminin dengan maksud untuk menyela dengan lembut datang dari samping mereka. Tangan Radit perlahan turun dari kulit lembut Bianca saat Radit berbalik menghadap ibunya yang memandang mereka berdua dengan pandangan bertanya.

“Hai, sayang.” Ibu Radit berkata.

“Mom.” Radit membungkuk ke depan untuk mencium pipi ibunya walau dia sudah menyapa ibunya tadi.

Mrs. Wardhana memandang kea rah Bianca. “Kami membutuhkan bantuanmu sebentar, sayang, jika kau bisa pergi dari putraku.”

Bianca tersadar dari mabuk akan Radit dan berubah menjadi pendamping wanita seutuhnya. “tentu Mrs. Wardhana, tunjukkan aku jalannya.”

***

Dua jam kemudian acara bersulang telah dilakukan, makam malam telah disajikan dan lantai dansa pada akhirnya telah dibuka untuk para tamu.

Radit tidak menunggu. Radit meninggalkan kursi tempat dia duduk dimana dia telah mengamati Bianca sepanjang malam. Bianca berjalan keluar dari lantai dansa setelah berdansa bersama dengan seorang pendamping pria. Radit menarik tangan Bianca  dari belakang dan mengayun Bianca ke hadapannya.

“Giliran dansaku.” Suara Radit dalam. Radit tidak menyatakan itu sebagai permohonan.

Akibat dari berbalik dengan cepat itu maka rok Bianca mengembang dan tangan bebas Bianca mendarat di dada Radit. Udara keluar dari paru-parunya. Mata Bianca melebar karena sangat terkejut. Kata-kata tertahan di tenggorokannya dan dia tetap membisu.

Band memainkan lagu pelan lainnya dan lengan Radit memeluk pinggang Bianca dan menarik tubuh Bianca ke arahnya.

Mata Bianca memandang Radit saat kebahagian panas dan intens mengisi tubuhnya. Lubang hidung Radit melebar dan saat ia bicara, suaranya serak menjawab pertanyaan yang tidak pernah ditanyakan. “Ya, seperti itu.”

Bianca terjebak di bawah pesona Radit saat kebahagiaan menjalar ke tulang belakangnya. Lengan Radit erat memeluk Bianca; aroma Radit yang maskulin, sesuatu yang selalu Bianca ingat. Panca indera Bianca meluap saat sensasi melandanya.

Mata Radit gelap dan intens. “menurutmu apa yang akan dilakukan oleh keluargaku jika aku menciummu sekarang?”

Mata Bianca membulat, dia tak percaya dengan apa yang barusan didengarnya, “ap.. apa..?”

“kau tau apa yang barusan ku katakan, sayang.” Radit tersenyum melihat gadisnya merona.

“bagaimana kalau kau menikah denganku?”
Kaki Bianca seketika terasa  kenyal seperti jeli, untungnya Radit masih memeluknya. Dia hanya bisa menatap sang pangeran impiannya dan menganggukan kepala.