Selasa, 24 September 2013

Ares part 1

Namanya Ares Ia teman sekelasku, dua baris bangku di depanku. Dia duduk sama Dimas, sedangkan aku sama Rara.
Wajahnya sebenarnya manis, sayang dia sangat pendiam dan jarang tersenyum. Beberapa malah menganggapnya sombong karena jarang  menyempatkan diri untuk sekedar menyapa anak-anak yang kebetulan berpapasan dengannya di lorong kelas. Aku  juga sempet ngira gitu, sehingga beberapa bulan berlalu sekelas dengannya di XI.IA.2 hampir tak pernah mengobrol, hanya sekedar bertegur sapa seperlunya saja. Aku cuma tahu nama lengkapnya Ares Pradipta , teman sebangku Dimas, jebolan X3 titik.
Naksir? Ya gak lah. Kenal juga kagak. Aku naksir teman sebangkunya, Dimas. Anaknya ramah, supel dan mudah bergaul, enak bawaannya kkamu ngobrol ama dia. Tapi dia udah punya pacar, sayangnya aku gak suka milik orang. Aku mundur teratur dan perlahan-lahan menghilang.
Aku mulai mengenalnya setelah semesteran (UAS), Mading sekolah kami memajang puisi-puisi  anak kelas XI. Aku suka banget salah satu puisi dengan inisial “A.P. XI.IA.2” yang bikin aku lari ke kelas nyari buku absen untuk memastikan. Benar, Ares Pradipta. Siapa sangka cowok pendiam itu bisa menulis puisi yang sangat menyentuh? Tiga kata. Puitis. Romantis. Keren.
Beberapa hari setelah membaca puisinya, aku nanya inisial puisi itu ke si empunya langsung, gak pake sms, bukan karena aku gak punya pulsa tapi aku gak punya nomer Hpnya. Ckckkk . Ares sempet keliatan kaget tapi dia berhasil mengatasinya dengan baik. Ternyata dia gak sombong, Cuma mungkin belum beradaptasi aja. Belum saling kenal bisa jadi dia binggung harus mulai dari mana. Oke, salah aku yang tarik kesimpulan seenak jidat aku. Basicly, dia adalah jebolan kelas X3 yang terkenal sunyi sepi-nya. Kelas paling “angker” disekolah kami. Yah mau gimana lagi? Jadi jangan seratus persen salahin aku.
Dan kami baru memulai hubungan pertemanan kami ketika kami memasuki akhir masa SMA kami di XII.IA.1 dan sampe sekarang ini yang buat aku nyesel setengah mati.
Tumben berangkat pagi-pagi?”  Tanya seseorang pas aku lagi nyalin PR fisika yang bekamum kelar aku kerjain semalam.
“Ya, sengaja berangkat pagian mau nyalin fisika dulu sebelum pak Warno datang. Hehe” jawab aku, mendongakkan kepala dan ternyata Ares. Pagi juga yah dia berangkatnya, “kamu udah kelar emangnya, Res?”.
“Tinggal dikit, kamu lagi nyalin punya siapa?” sambil meletakkan tasnya.
“ Putra ” Salah satu murid yang paling pintar di kelas kami, untuk urusan hitung menghitung dia jagonya.
“Sekarang anaknya mana? Ko sepi?” tanyanya lagi.
“Coba cek kelas sebelah, tuh anak kan biasanya lagi ngobrol sama Wanto.”
“hmm,, Rara mana?”
“Nggak  tau, paling lagi cari cowok cakep lewat.”
“Ha ha,, bisa aja. Ya udah lanjutin deh nulisnya. Biar bisa njawab, kali kamu di suruh maju” ujarnya sembari tersenyum dan berjalan keluar kelas.
“Jangan nyumpahin dong.” Aku ngedumel dan makin sebel liat dia yang ketawa.
“Udah lanjutin nulis. Aku mau ke kelas sebelah. Bye.” Dia hanya tersenyum, meletakkan tasnya dan melewati pintu penghubung ke kelas sebelah, XII.IA.2
Orang yang menarik.

                                                                                               * **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar